Untuk Apa Kita Berpuasa Ramadhan?

RAMADHAN ADALAH BULAN KETAKWAAN

Hikmah utama disyariatkan berpuasa adalah untuk meraih derajat ketakwaan*, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ١٨٣﴾ [البقرة: 183]

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.
<QS Al-Baqarah 2:183>

Ketakwaan adalah derajat yang paling mulia dan kedudukan yang paling tinggi disisi Allah_, sebagaimana firmaNya:

﴿ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ  إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ١٣﴾ [الحجرات: 13]

“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.
<QS Al-Hujurat 49:13>

Ketahuilah bahwa ketakwaan yang sesungguhnya adalah :

"التَّقْوَى أَنْ تَعْمَلَ بِطَاعَةِ اللَّهِ عَلَى نُورٍ مِنَ اللَّهِ تَرْجُو ثَوَابَ اللَّهِ، وَأَنْ تَتْرُكَ مَعْصِيَةَ اللَّهِ عَلَى نُورٍ مِنَ اللَّهِ تَخَافُ عِقَابَ اللَّهِ" انظر: جامع العلوم والحكم، ابن رجب ص 400

“Taqwa adalah: kamu melakukan keta’atan kepada Allah, berdasarkan cahaya (ilmu) dari Allah, demi mengharapkan pahala Allah. Dan kamu tinggalkan maksiat kepada Allah, berdasarkan cahaya (ilmu) dari Allah, Karena takut kepada azab Allah”.*
Lihat: Jaami’ al-uluum wal hikam, Ibnu Rajab,  hal: 400.

Nah, ketakwaan membutuhkan ilmu, sebab bagaimana seseorang bisa melakukan sesuatu atau meninggalkannya, jika ia tidak mengetahui apa yang akan dikerjakan dan apa yang akan ditinggalkan.

Kesimpulannya:_ *bahwa ketakwaan memiliki landasan dan tujuan, landasannya adalah ilmu dan tujuannya adalah meraih pahala, ridho dan rahmat Allah, atau takut kepada azab Allah dan ingin selamat dari neraka, bukan ikut-ikutan dan faktor kebiasan.*

Dan bila kita perhatikan ibadah puasa, akan didapatkan bahwa ia adalah wasilah yang paling utama untuk meraih derajat ketakwaan sebagai bekal terbaik untuk mendekatkan diri kepada Allah, hal ini sangat nyata dalam berpuasa, dimana kebiasaan seseorang sepanjang tahun ia menikmati makanan, minuman dan kebutuhan biologisnya yang diperboleh oleh agama, akan tetapi semua hal itu ia tinggalkan disiang hari bulan Ramadhan, kendati ia sendirian dan tidak seorangpun yang melihat, hal itu ia tinggalkan semata-mata hanya karena takut kepada Allah yang mengetahui dan melihatnya, bagaimana dan kapan saja.

Kondisi yang seperti ini hendaklah senantiasa menyertai jiwa dan diri seorang hamba sepanjang hidupnya, karena Allah yang diibadati dibulan Ramadhan adalah Rabb yang diibadati dibulan-bulan lain. Karena ibadah kepada Allah tidak mengenal batas waktu dan tempat, bahkan menyertai diri seorang hamba sampai ajal datang menjemputnya, sebagaimana firman Allah:

﴿ وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ٩٩﴾ [الحجر: 1-99]

“Ibadatilah Rabbmu sampai datang yakin (kematian) menjemputmu”.
<QS Al-Hijr 15:99>

Adapun seorang yang hanya beribadah kepada Allah dibulan Ramadhan, kemudian setelah Ramadhan ia tinggalkan ibadah dan ketaatan, maka ia termasuk kedalam golongan manusia yang paling jelek dan merugi, sebagaimana perkataan sebagian ulama salaf:

"بئس القوم لا يعرفون الله إلا في رمضان". لطائف المعارف ص 396.

“Mereka adalah kaum yang paling jelek, tidak kenal kepada Allah kecuali dibulan Ramadhan”.
Lihat: Lathaaiful ma’aarif, hal: 396.

_Semoga Allah Ta’ala memberikan taufiq-Nya kepada kita semua untuk meraih derajat ketakwaan dibulan yang penuh berkah ini, (ramadahan mubaarak), Aamiin._

اللهم أعنا على ذكرك وشكرك وحسن عبادتك

“Ya..Allah, tolonglah kami untuk berdzikir dan bersyukur kepada-Mu serta melakukan ibadah yang terbaik untuk-Mu”

---------------------

✍ *Muhammad Nur Ihsan, Hafidzahullah*
STDI Imam Syafi’I - Jember
3 Ramadhan 1438 H/ 29 May 2017 M.

Sumber WAG


Blog, Updated at: 16:24:00